Jumat, 10 Mei 2013

Studi Kasus Pendidikan



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................          i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................          ii

BAB I  PENDAHULUAN
.................................................................................................         1
1. Latar Belakang
................................................................................................................         1
2. Rumusan Masalah
.............................................................................................................        1
3. Tujuan Penulisan
...............................................................................................................         1

BAB II  PEMBAHASAN
...................................................................................................        2
A. Identifikasi Kasus  ..........................................................................................................          2
B. Data Berdasarkan Hasil Problem ....................................................................................          3
C. Data Berdasarkan Wawancara.........................................................................................         5
D. Solusi Untuk Siswa .........................................................................................................         5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………           11
Kesimpulan
.............................................................................................................................     11

DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................     13









Kata Pengantar
 


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Profesi Kependidikan yang terdiri dari berbagai sumber yang berisikan mengenai Studi Kasus.
Dengan dibuatnya tugas makalah Profesi Kependidikan ini kami berharap dapat bermanfaat untuk para mahasiswa dan membantu para mahasiswa dalam memahami. Dalam pembuatan tugas makalah Profesi Kependidikan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak  Dan Ahmad Lubias,S.Pd atas bantuan dan bimbingannya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah Profesi Kependidikan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan rasa syukur. Selamat membaca.

                                                                        Palembang,  Mei 2013

                                                                                    Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.        Latar Belakang
Studi kasus, seperti yang dirumuskan Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang ditelitinya.
Studi kasus merusuatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. (Yin, 2008:18)
Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi kedalam tiga tipe yakni studi kasus eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada jenis dan tujuan dari pertanyaan penelitian.
Lebih lanjut, K. Yin Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti sirklus kehidupan nyata. Penjelasan ini menjadi landasan bahwa studi kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif dimana adanya latar alamiah.

2.        Rumusan Masalah
1.         Apa saja data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakn untuk mengetahui masalah pada siswa?
2.         Bagaimanakah Cara mengatasi siswa yang bermasalah dalam belajar?

3.        Tujuan
Untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar dan yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    IDENTIFIKASI KASUS
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi kasus. Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor, sosiometri atau instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.

@ Berdasarkan data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut:

Data Berdasarkan Angket
Identifikasi Kasus
  1. Nama                                                   : Latifa
  2. Tempat dan tanggal lahir                    : Palembang, 10 April 1999
  3. Jenis Kelamin                                      : Perempuan
  4. Agama                                                 : Islam
  5. Suku Bangsa                                       : Dusun
  6. Alamat                                                : Jl. Swadaya Murni
  7. Jumlah saudara kandung                     : 8 Saudara
Ø  jumlah saudara laki-laki                : 3 (Tiga)
Ø  jumlah saudara perempuan            : 5 (Lima)
8.      Anak ke-                                             : 5 (Lima)
  1. Hobby                                                             : Masak
  2. Status                                                  : Anak kandung
11.  Cita-cita                                              : menjadi Koki/Chef


Identifikasi Orang tua (Ayah)
  1. Nama Ayah                                         : Haikal
  2. Pendidikan terakhir                             : SD
  3. Agama                                                 : Islam
  4. Pekerjaan                                             : Buruh
  5. Alamat                                                : Jl. Swadaya Murni

Identitas Orang Tua (Ibu)
1.      Nama Ibu                                            : Isa
2.      Pendidikan terakhir                             : SD
3.      Agama                                                 : Islam
4.      Pekerjaan                                             : Ibu Rumah tangga
5.      Alamat                                                            : Jl. Swadaya Murni

Riwayat Hidup
  1. Tahun lulus SD                                   : 2011/2012
  2. Tahun Lulus                                        : Masa Proses Belajar

B.     Data Berdasarkan Hasil Problem
Dari data checklist, didapatkan data sebagai berikut:
A.    Kesehatan
@ Pernah menderita sakit
@ Sering Merasakan Pening
B.        Keadaan Hidup (KEHIDUPAN)
@ Kurang senang dengan tingkah laku orang rumah
@ Saya tidak puas dengan keadaan saya sekarang
@ Saya sudah tidak punya ayah
@ Saya sudah tidak punya ibu
@ Dirumah merasa tidak disenangi
C.       Keadaan Di Rumah
@ Di rumah merasa diabaikan
@ Merasa tidak betah di rumah
@ Merasa kurang puas dengan kehidupan sekarang
@ Sering berdusta
@ Sering tidak mengakui kesalahan
@ Sering tidak jujur
@ Keinginan untuk berekreasi sering terhalang
@ Gemar nonton film/band
@ Ingin belajar menyanyi
@ Sering bertengkar dengan saudara
D.    Hubungan Sosial
@ Merasa tidak disenangi kawan
@ Sukar menyesuaikan diri
@ Bersifat pemalu
@ Mudah tersinggung
@ Ada sifat marah
E.     Cita-cita
@ Kurangnya Dukungan dari orang tua/ Motivasi
F.     Sekolah dan Pengajaran
@ Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya
@ Susah memahami pelajaran yang saya pelajari
@ Sulit memulai untuk belajar
@ Dalam belajar lekas merasa lelah
@ Malas belajar
@ Ada pelajaran sehari-hari yang berat
@ Sulit memahami sendiri isi buku
@ Sering merasa gugup saat dapat giliran
@ Sukar mengerjakan tugas guru
@ Bercinta adalah bagian dari hidup saya
G.    Asmara
@ Sering terganggu oleh rasa cemburu
@ Saya mulai tertarik pada salah satu teman
@ Saya pernah patah hati dalam bercinta
@ Berkhayal tentang addegan difilm




C.    Data Berdasarkan Wawancara
Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari hasil wawancara diperoleh hasil sebagai berikut :
  1. Orang tua/wali murid kurang peduli
  2. Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid
  3. Tidak ada uang saku
  4. Ada teman di kelas yang kurang disukai
  5. Merasa tidak betah di rumah
  6. Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya.
7.      Sering merasa gugup saat dapat giliran
8.      Susah memahami pelajaran yang saya pelajari
9.      Malas belajar
10.  Saya mulai tertarik pada salah satu teman
11.  Saya pernah patah hati dalam bercinta
12.  Sukar menyesuaikan diri
  1. Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.

Hasil Observasi
Dari hasil observasi di dalam kelas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.      Siswa kasus sering bingung ketika pelajaran sedang berlangsung.
2.      Siswa kasus kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran di kelas.

D.   Solusi Untuk siswa
Dari masalah-masalah yang diperolah saat diwawancara dan problem yang dialami siswa yaitu Orang tua/wali murid kurang peduli, Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid, Tidak ada uang saku, Ada teman di kelas yang kurang disukai, Merasa tidak betah di rumah, Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya, Sering merasa gugup saat dapat giliran, Susah memahami pelajaran yang saya pelajari, Malas belajar, Saya mulai tertarik pada salah satu teman, Saya pernah patah hati dalam bercinta, Sukar menyesuaikan diri, Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.
Data yang didapat dari masalah-masalah siswa di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa termasuk yang sulit dalam menyerap pelajaran dan malasnya siswa dalam belajar.

@ Mengatasi Anak Malas Belajar 
     Anak malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa  mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR)  ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
Ø  Malas 
      Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tidak suka, tak bernafsu untuk belajar
( Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)
      Jika anak - anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya karena bagi mereka tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas - jelas kegiatan bermain menarik buat anak - anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan)
Ø  Sebab :
@ Faktor Intrinsik (dalam diri anak sendiri) 
·         Kurangnya waktu yang disediakan untuk bermain 
·         kelelahan dalam beraktifitas (misal, terlalu banyak bermain)
·         sedang sakit
·         sedang sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)
@   Faktor ekstrinsik
·         Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya. Banyak orang tua ynag menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu, dst.
·         Sedang punya masalah di rumah 
·         Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). 
·         Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis, buku, dll)
·         Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara ynag pengap. selain itu tersedianya fasilitas permainan ynag berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak, mulai dari radio, tape, VCD, DVD, atau komputer dan Plays Stations. 

@ Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :
Mencari sebab anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain :
1.            Berikan Motivasi Belajar atau dorongan pada anak
Mulailah memberikan motivasi atau dorngan pada anak untuk belajar dan usahakan melalui angka-angka kenaikan kelas dan ujian-ujian. Hingga dimanakah cara-cara seperti itu mampu memupuk minat yang berkepanjangan terhadap pelajaran.
2.            Melakukan pendekatan pada anak
Orang tua lebih mengusahakan agar bahan pelajaran itu sendiri mempunyai nilai intrinsic, yang mengandung nilai atau makna nagi remaja. Dan kita berusaha agar dalam proses belajar mengajar para siswa turut terlibat secara aktif.Untuk itu dikembangkan atau digunakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk menentukan sendiri. Pendekatan semacam itu kita kenal sebagai pendekatan ketrampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri.
3.            Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar pada anak sejak dini.
      Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, menumbuhkan inisiatif belajar pada anak, menumbuhkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
4.            Berikan contoh belajar pada anak.
     Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orang tua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku). Sesekali ayah dan ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik - topik serius  
3.            Berikan insentif jika anak belajar
     Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh 
4.            Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya. Mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning through playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.
5.            Komunikasi
      Hendaklah or
ang tua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
6.            Menciptakan disiplin.
Jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.
7.            Menegakkan kedisiplinan.
     Setelah point 6,
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas  yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul).  gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
8.            Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.
9.            Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian  susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan konsentrasi ,daya serap dll.
10.        Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.
11.        Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini jika anak sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas belajat adalah
@  Orangtua harus menyadari sisi positif sang anak.
     Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya? Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.
Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya. Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya
@ Gunakan imajinasi anak
    Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam waktu panjang atau pendek. Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
@ Mengarahkan anak untuk berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang baik dan mendukung.
@ Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
@ Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan benar.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi kasus. Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor, sosiometri atau instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
Penyebab Anak malas dalam belajar yaitu :
@ Faktor Intrinsik (dalam diri anak sendiri) 
·         Kurangnya waktu yang disediakan untuk bermain 
·         kelelahan dalam beraktifitas (misal, terlalu banyak bermain)
·         sedang sakit
·         sedang sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)
@   Faktor ekstrinsik
·         Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya..
·         Sedang punya masalah di rumah 
·         Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). 
·         Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis, buku, dll)
·         Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara ynag pengap
Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :
1.            Berikan Motivasi Belajar atau dorongan pada anak
2.            Melakukan pendekatan pada anak
3.            Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar pada anak sejak dini.
4.            Berikan contoh belajar pada anak.
5.            Berikan insentif jika anak belajar
6.            Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ).
7.            Komunikasi
8.            Menciptakan disiplin.
9.            Menegakkan kedisiplinan.
10.        Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar.
11.        Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian  susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai.
12.        Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.
13.         Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.














DAFTAR PUSTAKA

arasmunandar.wordpress.com/identifikasi-kasus/
Dra.Sri Herlina.2011. Diktat Profesi Kependidikan .Palembang: Universitas PGRI Palembang
H.    Sunarno, dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.
Prof.Dr.H.Prayitno,M.sc.Ed.dan Drs. Erman Amti. 2008. Dasar-dasar Bimbingan         dan Konseling. Jakarta:PT.Rineka Cipta