DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
A. Identifikasi Kasus .......................................................................................................... 2
B. Data Berdasarkan Hasil Problem .................................................................................... 3
C. Data Berdasarkan Wawancara......................................................................................... 5
D. Solusi Untuk Siswa ......................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… 11
Kesimpulan............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa,karena atas rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Profesi Kependidikan yang terdiri dari berbagai sumber yang berisikan
mengenai Studi Kasus.
Dengan dibuatnya tugas makalah Profesi Kependidikan
ini kami berharap dapat bermanfaat untuk para mahasiswa dan membantu para
mahasiswa dalam memahami. Dalam pembuatan tugas makalah Profesi Kependidikan ini,
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dan Ahmad Lubias,S.Pd atas bantuan dan
bimbingannya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah Profesi
Kependidikan ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan rasa syukur. Selamat
membaca.
Palembang,
Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Studi kasus,
seperti yang dirumuskan Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah metode yang
mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama
penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta
sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang
ditelitinya.
Studi kasus merusuatu inkuiri empiris
yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana
batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana
multisumber dimanfaatkan. (Yin, 2008:18)
Studi kasus
sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi kedalam tiga tipe yakni studi kasus
eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada
jenis dan tujuan dari pertanyaan penelitian.
Lebih lanjut,
K. Yin Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan
karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata
seperti sirklus kehidupan nyata. Penjelasan ini menjadi landasan bahwa studi
kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif dimana adanya latar alamiah.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja data yang dijaring dan teknik atau metode yang
dilaksanakn untuk mengetahui masalah pada siswa?
2.
Bagaimanakah Cara mengatasi siswa yang
bermasalah dalam belajar?
3.
Tujuan
Untuk
menentukan siswa yang mendapat masalah belajar dan yang memerlukan bantuan atau
penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
IDENTIFIKASI
KASUS
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan
peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada
tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi
kasus. Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data,
seperti analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor,
sosiometri atau instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
@ Berdasarkan data yang dijaring dan
teknik atau metode yang dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut:
Data Berdasarkan Angket
Identifikasi Kasus
- Nama : Latifa
- Tempat dan tanggal lahir : Palembang, 10 April 1999
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Suku Bangsa : Dusun
- Alamat : Jl. Swadaya Murni
- Jumlah saudara kandung : 8 Saudara
Ø jumlah saudara
laki-laki : 3 (Tiga)
Ø jumlah saudara perempuan : 5 (Lima)
8. Anak ke- : 5 (Lima)
- Hobby : Masak
- Status : Anak kandung
11. Cita-cita
: menjadi Koki/Chef
Identifikasi Orang tua (Ayah)
- Nama Ayah : Haikal
- Pendidikan terakhir : SD
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Buruh
- Alamat : Jl. Swadaya Murni
Identitas Orang Tua (Ibu)
1. Nama Ibu : Isa
2. Pendidikan terakhir : SD
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
5. Alamat : Jl. Swadaya
Murni
Riwayat Hidup
- Tahun lulus SD : 2011/2012
- Tahun Lulus : Masa Proses Belajar
B.
Data Berdasarkan Hasil Problem
Dari data checklist, didapatkan data sebagai berikut:
A. Kesehatan
@ Pernah menderita sakit
@ Sering Merasakan Pening
B.
Keadaan Hidup (KEHIDUPAN)
@ Kurang senang dengan tingkah laku
orang rumah
@ Saya tidak puas dengan keadaan saya
sekarang
@ Saya sudah tidak punya ayah
@ Saya sudah tidak punya ibu
@ Dirumah merasa tidak disenangi
C.
Keadaan Di Rumah
@ Di rumah merasa diabaikan
@ Merasa tidak betah di rumah
@ Merasa kurang puas dengan kehidupan
sekarang
@ Sering berdusta
@ Sering tidak mengakui kesalahan
@ Sering tidak jujur
@ Keinginan untuk berekreasi sering
terhalang
@ Gemar nonton film/band
@ Ingin belajar menyanyi
@ Sering bertengkar dengan saudara
D.
Hubungan Sosial
@ Merasa tidak disenangi kawan
@ Sukar menyesuaikan diri
@ Bersifat pemalu
@ Mudah tersinggung
@ Ada sifat marah
E.
Cita-cita
@ Kurangnya Dukungan dari orang tua/
Motivasi
F.
Sekolah dan Pengajaran
@ Ingin mengetahui bakat dan kemampuan
yang sebenarnya
@ Susah memahami pelajaran yang saya
pelajari
@ Sulit memulai untuk belajar
@ Dalam belajar lekas merasa lelah
@ Malas belajar
@ Ada pelajaran sehari-hari yang berat
@ Sulit memahami sendiri isi buku
@ Sering merasa gugup saat dapat
giliran
@ Sukar mengerjakan tugas guru
@ Bercinta adalah bagian dari hidup
saya
G.
Asmara
@ Sering terganggu oleh rasa cemburu
@ Saya mulai tertarik pada salah satu
teman
@ Saya pernah patah hati dalam
bercinta
@ Berkhayal tentang addegan difilm
C.
Data Berdasarkan Wawancara
Setelah
pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari hasil wawancara diperoleh hasil
sebagai berikut :
- Orang tua/wali murid kurang peduli
- Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid
- Tidak ada uang saku
- Ada teman di kelas yang kurang disukai
- Merasa tidak betah di rumah
- Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya.
7. Sering merasa gugup saat dapat
giliran
8. Susah memahami pelajaran yang saya
pelajari
9. Malas belajar
10. Saya mulai tertarik pada salah satu
teman
11. Saya pernah patah hati dalam
bercinta
12. Sukar menyesuaikan diri
- Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.
Hasil Observasi
Dari hasil observasi di dalam kelas
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa kasus sering bingung ketika
pelajaran sedang berlangsung.
2. Siswa kasus kurang bersemangat,
sering merasa bosan pada waktu pelajaran di kelas.
D.
Solusi Untuk siswa
Dari
masalah-masalah yang diperolah saat diwawancara dan problem yang dialami siswa
yaitu Orang tua/wali murid kurang peduli, Jarang berkomunikasi dengan orang
tua/wali murid, Tidak ada uang saku, Ada teman di kelas yang kurang disukai, Merasa
tidak betah di rumah, Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya, Sering merasa
gugup saat dapat giliran, Susah memahami pelajaran yang saya pelajari, Malas
belajar, Saya mulai tertarik pada salah satu teman, Saya pernah patah hati
dalam bercinta, Sukar menyesuaikan diri, Kurang suka dengan salah satu guru
karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami
kondisi siswa.
Data yang
didapat dari masalah-masalah siswa di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa
termasuk yang sulit dalam menyerap pelajaran dan malasnya siswa dalam belajar.
@ Mengatasi Anak Malas Belajar
Anak malas belajar sudah menjadi
salah satu keluhan umum orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih
suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk
belajar, antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah
diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) ataupun
mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
Ø Malas
Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak
bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tidak suka, tak bernafsu
untuk belajar
( Muhammad Ali,
Kamus Bahasa Indonesia)
Jika anak - anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar
dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa
mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya karena bagi
mereka tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan
kegiatan bermain, jelas - jelas kegiatan bermain menarik buat anak - anak, dan
keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang
dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan)
Ø Sebab :
@ Faktor
Intrinsik (dalam diri anak sendiri)
·
Kurangnya
waktu yang disediakan untuk bermain
·
kelelahan
dalam beraktifitas (misal, terlalu banyak bermain)
·
sedang
sakit
·
sedang
sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)
@ Faktor ekstrinsik
·
Sikap
orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya. Banyak
orang tua ynag menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas
dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk
les ini itu, dst.
·
Sedang
punya masalah di rumah
·
Bermasalah
disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi
enggan untuk dikerjakan).
·
Tidak
mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar
khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis,
buku, dll)
·
Suasana
rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan
ataupun kondisi udara ynag pengap. selain itu tersedianya fasilitas permainan
ynag berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak, mulai dari
radio, tape, VCD, DVD, atau komputer dan Plays Stations.
@ Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :
Mencari sebab anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran
berikutnya antara lain :
1.
Berikan Motivasi Belajar atau
dorongan pada anak
Mulailah memberikan motivasi atau dorngan pada anak untuk
belajar dan usahakan melalui angka-angka kenaikan kelas dan ujian-ujian. Hingga
dimanakah cara-cara seperti itu mampu memupuk minat yang berkepanjangan
terhadap pelajaran.
2.
Melakukan pendekatan pada anak
Orang tua lebih mengusahakan agar bahan pelajaran itu
sendiri mempunyai nilai intrinsic, yang mengandung nilai atau makna nagi
remaja. Dan kita berusaha agar dalam proses belajar mengajar para siswa turut
terlibat secara aktif.Untuk itu dikembangkan atau digunakan pendekatan yang
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menentukan sendiri. Pendekatan
semacam itu kita kenal sebagai pendekatan ketrampilan proses atau metode
penemuan dan inkuiri.
3.
Menanamkan
pengertian yang benar tentang belajar pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, menumbuhkan inisiatif belajar
pada anak, menumbuhkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak
merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.
4.
Berikan
contoh belajar pada anak.
Anak
cenderung meniru perilaku orang tua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak
belajar, orang tua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku).
Sesekali ayah dan ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik - topik
serius
3.
Berikan
insentif jika anak belajar.
Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi
bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar
tanpa mesti disuruh
4.
Sering
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam
keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab
kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai
hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan
"Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku
pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan
cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua,
karena orangtua mau meminta bantuannya. Mengajarkan kepada anak
pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak.
Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning
through playing, sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang
menyenangkan.
5.
Komunikasi
Hendaklah orang tua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
Hendaklah orang tua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.
6.
Menciptakan
disiplin.
Jadikan belajar sebagai rutinitas yang
pasti.
7.
Menegakkan kedisiplinan.
Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.
8.
Pilih waktu
belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar.
Mungkin sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan
waktu belajarnya.
9.
Kenali pola
kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah suatu jadwal belajar
yang sesuai. dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan
konsentrasi ,daya serap dll.
10.
Menciptakan
suasana belajar yang baik dan nyaman.
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan
sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi
anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan
permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap
menarik perhatian.
11.
Menghibur
dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini
jika anak sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah
pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas belajat adalah
@ Orangtua harus menyadari sisi
positif sang anak.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya? Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.
Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi akhirnya bisa mengatasinya? Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.
Anak
akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena
dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa
saja karena kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan
sebagainya. Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan
mengatakan: Nah, kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu
bisa mengatasinya
@ Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu
anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa depannya. Baik dalam waktu
panjang atau pendek. Pancing anak untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan
jika dia berhasil mengerjakan PR-nya dengan baik., kira-kira apa ya komentar
dari guru? Minta dia menggambarkan imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika
PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana senyum sang guru, komentarnya, dan
sebagainya.
@ Mengarahkan anak untuk berteman dan
"hidup" dalam lingkungan yang baik dan mendukung.
@ Tidak terfokus bahwa belajar hanya
berkutat pada buku non fiksi. Gunakan segala hal yang baik yang mampu membuat anak
"belajar"tentang segala sesuatu, termasuk permainannya karena dunia bermain
adalah dunia anak-anak
Pilih dan arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
@ Memberikan bekal nilai-nilai
religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting
,disamping doa orang tua akan anak-anaknya. Apalagi di jaman yang berkembang
dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua memberikan pengawasan secara kasat mata
terus menerus.Juga kemajuan teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah:
beragama dengan baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan
peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada
tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi
kasus. Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data,
seperti analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor,
sosiometri atau instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
Penyebab Anak malas dalam belajar yaitu :
@ Faktor
Intrinsik (dalam diri anak sendiri)
·
Kurangnya
waktu yang disediakan untuk bermain
·
kelelahan
dalam beraktifitas (misal, terlalu banyak bermain)
·
sedang
sakit
·
sedang
sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)
@ Faktor ekstrinsik
·
Sikap
orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya..
·
Sedang
punya masalah di rumah
·
Bermasalah
disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi
enggan untuk dikerjakan).
·
Tidak
mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang belajar
khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat tulis,
buku, dll)
·
Suasana
rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan
ataupun kondisi udara ynag pengap
Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :
1.
Berikan
Motivasi Belajar atau dorongan pada anak
2.
Melakukan
pendekatan pada anak
3.
Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar
pada anak sejak dini.
4.
Berikan contoh belajar pada anak.
5.
Berikan insentif jika anak belajar.
6.
Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah
pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya
sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ).
7.
Komunikasi
8.
Menciptakan disiplin.
9.
Menegakkan kedisiplinan.
10.
Pilih waktu belajar terbaik untuk anak,
ketika anak merasa segar.
11.
Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah
suatu jadwal belajar yang sesuai.
12.
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.
13.
Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.
DAFTAR
PUSTAKA
arasmunandar.wordpress.com/identifikasi-kasus/
Dra.Sri Herlina.2011. Diktat
Profesi Kependidikan .Palembang: Universitas PGRI Palembang
H. Sunarno, dan Ny. B. Agung
Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Prof.Dr.H.Prayitno,M.sc.Ed.dan
Drs. Erman Amti. 2008. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT.Rineka Cipta